Senja Di Mahakam


Senja di Mahakam

Sudah 22 hari aku kembali dari samarinda, setelah menyelesaikan KKN disana selama dua bulan sejak bulan jul-agustus, perjalanan ku masih panjang dan butuh perjuangan... perjuangan selanjutnya yang harus aku lakukan adalah mengejar deadline skripsiku dan akhirnya mengejar wisuda November 2013, aku sangat optimis “man jadda wajada” itu memang harus di ikhtiarkan dalam segala macam bentuk, dari mulai penelitian, menggarap skripsi, mengejar petinggi densus dan komnas HAM untuk wawancara membuat aku akhirnya mengerti sekali arti sebuah perjuangan...  kesampingkan dulu tentang skripsi nanti akan aku ceritakan perjuangannya...
                Kali ini aku akan mengisahkan sedikit cuplikan tentang perjalanan hidupku ketika aku merantau di east borneo.... begini ceritanya...
                Selama ramadhan ini aku mengalami penurunan rukhiyah, jujur saja ramadhan sebelumnya banyak sekali targetan melampaui batas karena memang waktu ramadhan sebelumnya aku berada di rumah tahfidz, dekat dengan nurul ashri, segala macam bentuk cas rukhiyah ada, dari mulai tilawah terjaga, shalat malam terjaga, masak sahur, kuliah SP, kajian keilmuan dimana-mana, itikaf di nurul ashri dan maskam, semuanya begitu indah, terlewati dengan penuh makna..
                Tapi ketika KKN aku mengalami penurunan yang luar biasa, aku hanya bisa tilawah dan mengkhatamkan Al-Qur’an satu kali, hanya bisa Muraja’ah hafalan dan tidak bisa menambah hafalan qur’anku... aku merasakan sebuah depresi, bahkan ketika kemudian aku harus mengajak adik-adikku untuk berpuasa, shalat tarawih, sahur, memperbanyak tilawah, aku merasakan sebuah kesulitan yang luar biasa, jadi  begitu rasanya berdakwah disebuah komunitas yang memang tidak menomorsatukan agamanya, aku masih heran dengan adik-adik laki-laki yang tidak berpuasa padahal mampu, tetapi kemudian setelah menegurpun aku mendiamkan, karena itu memang adalah pilihan mereka, lagi-lagi aku hanya mampu mengingatkan tidak mampu untuk berbuat apapun.
                Paling sulit adalah ketika aku ingin mengaji (liqo’) tidak semua anak mengerti tentunya, hampir semua anak di kelompokku memang tidak mengerti, puncaknya adalah saat aku mengikuti buka puasa bersama di DPW Samarinda, aku ditegur keras oleh seorang adik tentang etika izin, aku sadar kemudian aku memang sudah izin tetapi mungkin kegiatanku tidak disukai, ah ya sudahlah aku memilih untuk mengalah dan tidak memperdebatkan masalah tersebut, aku mengerti sampai pada tingkatan memuncaknya emosi dan berkembangnya konflik, tetapi kemudian aku belajar untuk memahami beginilah realitanya kehidupan di tengah orang yang tidak satu visi dan misi, betapa kerasnya... mau ngaji aja susah...
“kemudian aku berfikir, ujian ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan ujian yang telah Allah turunkan untuk Rasulullah dan para sahabat dalam dakwah pertama mengenalkan islam sebagai agama yang dirahmati Allah..” lantas untuk apa aku mengeluh.....
                Mendekati itikaf aku tidak bisa beritikaf secara full, tapi selama ramadhan berlangsung aku berusaha untuk terus bangun malam, shalat malam setiap malam, berdo’a pada Allah, mohon diberikan kemudahan dalam segala macam hal, tidak melewatkan sedikitpun malam-malam dengan tidur, aku berusaha... dan aku akhirnya bisa mendapatkan itikaf dua malam terakhir bulan ramadhan di Masjid Islamic Centre Kota Samarinda...
                Malam itu ak bertemu dengan banyak orang baik, dan lagi-lagi aku belajar banyak, belajar dari seorag akhwat yang merantau, belajar dari seorang ibu yang baru melewatkan ramadhan pertamanya tanpa suaminya yang sudah meninggal, sebuah memori yang luar biasa, aku mendapatkan sekali banyak kekuatan dari situ....
                Sebelum ke masjid, aku selalu menikmati senja... senja di mahakam... kamu tau panjangnya sungai mahakam kira-kirang 800 KM, terbentang di kalimantan timur, panjang... jika kamu potret dari atas akan seperti ular yang melingkar panjang dan lebar... bagaimanapun senja di mahakam selalu mebuatku tersenyum, melupakan penatnya aktivitas KKN, berburu data, kepo-in hakim PN Samarinda, interaksi dengan team KKN, itu semua akhirnya terlewati dengan baik... dan aku bisa menghirup nafas segar dan kemudian bisa menghilangkan penat dan lelah karena melihat senja di mahakam... seolah-olah semua masalahku ikut tenggelam dan aku mendapatkan semangat baru...
                Samarinda... banyak kenangan tertinggal disana, tetapi jika ditanya mau kesana lagi atau gak, jawabanku nggak sama sekali... hehehe Cuma jika ada kesempatan kembali kesana untuk mengenang masa lalu, ya gak ada salahnya bukan??? Katanya mitosnya kalo udah minum air sungai mahakam akan kembali kesana, hehe cuman mitos gak boleh dipercaya... ini permasalahan akidah 

                Kalibata City
                18 September 2013
                Jakarta jam 17.48 pm
                Unik Karlita

Komentar

Unknown mengatakan…
Sy suka sama ceritanya mbak :)

Postingan Populer