Pesan dari Tuhan, Hidayah (ini kisahku, mana kisahmu? part 2)
Pesan dari Tuhan, Hidayah (ini kisahku, mana kisahmu? Part 2)
Aku memandang gerimis dari balik jendela kamarku, sementara itu obat dan
buku bertebaran dikamarku, aku diam dan hanya memandanginya malas untuk
merapihkannya sambil menatap gerimis aku berfikir sudah cukup lama aku tinggal
di kota ini, kota yang sudah banyak merubahku sehingga aku menjadi seperti ini.
Sudah 6 tahun lamanya aku tinggal disini banyak kenangan yang akan aku
tinggalkan disini. Aku tidak tahu setelah lulus nanti aku akan berada dimana.
Karena aku perempuan tentunya pilihanku sangat terbatas, tapi di kota ini
justru aku menemukan identitasku, aku menemukan jati diriku, aku menemukan
cita-citaku, aku menemukan mimpi-mimpiku, aku menemukan cinta, aku menemukan
banyak hal yang merubah perjalanan kehidupanku.
Aku sadar bahwa sebenarnya dari kehidupan ini banyak hikmah yang ingin
disampaikan Tuhan untukku, karena itu aku berusaha sepandai mungkin memilih dan
merenungi hikmah yang berserakan yang Allah berikan dihadapanku.
Aku dulu ingin menjadi guru, ketika SPMB pun aku lolos di Pendidikan
Kimia UNY, tapi sepertinya keluargaku kurang menyetujuinya. Katanya jangan jadi
guru, sudah banyak di keluarga jadi yang menjadi guru. Akhirnya aku memilih
jurusan diploma di fakultas hukum, karena waktu yang mepet dan aku tetap ingin
kuliah saat itu juga maka aku tidak bisa mengambil jenjang studi S1 karena UM
dan SPMB sudah terlewat. Maka ketika mendaftar Diploma hukum di fakultas hukum
UGM pun sebenarnya aku setengah hati. Tapi entahlah Allah memilihkan ini
untukku.
Aku mulai kuliah, aku mulai beraktifitas, siapa sangka ternyata pilihan
Allah mungkin yang terbaik. Justru karena berada di Fakultas Hukum UGM inilah kemudian
satu demi satu kehidupanku berubah. Semester 1 karena masih malas-malasan
belajar aku hanya mendapatkan IP 3,3 itupun diselingi aktifitasku di teater dan
basket. Ya tidak seperti kebanyakan mahasiswa aktifis yang pada serius aku
justru memilih ekstrakurikuler yang sesuai dengan aku. Aku memilih kelas vokal
di teater sanggar, tapi akhirnya kulepaskan karena entah kenapa aku tidak
mendapatkan feel enak berada di organisas itu, jadi hanya bertahan beberapa
kali datang latihan setelah itu aku mengundurkan diri.
Sementara itu basket karena memang sejak sma aku sudah selalu semangat di
dua olahraga yaitu bulutangkis dan basket. Basket ini sudah kutekuni dan aku
pernah mengikuti lomba tingkat kabupaten juga di sekolahku yang dulu. Tapi lagi-lagi
aku tidak menemukan kenyamanan disini, aku mencintai olahraganya tapi entahlah
aku seperti tidak menemukan hal yang berarti.
Sebetulnya pada saat ospek aku mengisi formulir KMFH (Keluarga Muslim
Fakultas Hukum) tapi waktu itu aku hanya mengisi, tidak berniat masuk ke
kerohanian islam, apalagi sampai menekuninya. Sehingga aku tidak memperhatikan
kegiatannya. Hanya satu kegiatan KMFH yang aku ikuti pada semester 1 dan itu
adalah buka puasa bersama di LBH Yogya.
Semester dua pun datang tepatnya waktu itu januari 2008, akhir bulan aku
mengantarkan kakak sepupuku yang kuliah di perhotelan AMPTA Yogya untuk
mengunjungi butik muslimah, namanya An-nisa di Jalan Solo letaknya dikanan jalan.
Sewaktu memasuki tidak pernah ada selintaspun dipikiranku untuk membeli jilbab,
apalagi waktu itu akhir bulan danaku terbatas. Maklum mahasiswa baru masih
belum terbiasa mengatur dana pengeluaran. Aku harus menunggu awal bulan jika
ingin berbelanja.
Sampai dilantai 2 ketika itu aku melihat ada sebuah jilbab hitam, berenda
hitam juga, jilbab langsungan. Entah kenapa aku serasa ingin mengenakannya,
kuambil lalu kucoba di hadapan cermin. Aku memang selalu memakai celana jeans
panjang dan juga atasan panjang, jika memakai kaos akan kulapisi dengan
kardigan warna-warni koleksiku. Maka ketika memakai jilbab itu aku sudah
seperti orang yang mengenakan jilbab.
Kakak sepupuku menghampiriku...
“nik, mau beli?” tanyanya...
“enggak ah teh, kan unik gak pake jilbab buat apa juga coba..” jawabku
sekenanya sambil melepaskannya kembali.
“ ya gapapa buat kalo ada acara yang butuh pake jilbab aja...” ujarnya
lagi...
“ teteh beliin ya??” ujarnya sambil menatapku...
Aku berfikir dalam hati, duh mana mungkin aku pake juga walaupun dia
membelikannya, mendingan tetehku ini beliin aku kemeja buat kuliah aja deh
hehe, harga jilbabnya sama kayak harga kemeja. Aku hanya diam tidak menjawab
pertanyaannya...
“ yaudah teteh bayarin...” ujarnya lagi... langsung membawa
jilbab itu kekasir. Aku hanya diam tidak menangguk juga tidak menolak.
Malam harinya... kupandangi jilbab itu diatas kasurku,
aku waktu itu masih satu kamar dengan kakak sepupuku itu, karena kamarnya luas
jadi kami tidur bertiga bersama di satu kamar kos-kosan di daerah seturan depan
kampus YKPN.
“duh dipandangin mulu... kayak apa aja, sana masukin
lemari aja” ujar tetehku yang tadi.
“ini buat apa ya teh?? Hehehe mendingan teteh aja deh
yang pake kan teteh berjilbab” jawabku.
“ya gapapa jaga-jaga aja siapa tau butuh, “ ujarnya
lagi.
Kumasukan kedalam lemari, setelah memasukannya kelemari
akupun melupakannya.
3 bulan kemudian, saat-saat mendekati ujian UTS
semester dua waktu itu pertengahan bulan april, aku sibuk belajar menyiapkan
ujianku. Semester dua ini entahlah aku mulai bersemangat mempelajari ilmu
hukum, rasanya senang saja jika nanti ilmuku bisa bermanfaat untuk orang banyak
makanya aku belajar dengan serius.
Saat akan berangkat Ujian Mid, aku membuka lemari. Waktu
itu hari senin, aku melihat jilbab yang tersimpan rapi didalam lemariku. Masih cantik
tak tersentuh. Aku mengenakan baju panjang dan jeans abu-abu milikku. Aku menatap
cermin lalu diam... beberapa saat kemudian aku menyisir rambutku dan
mengikatnya rapi. Dan aku coba memakai jilbab hitamku ini. Aku diam terpaku
dihadapan cermin, berkata dalam hati...
“unik... bukankah kamu sudah janji ketika kelas 3 SMA
kamu akan mengenakan jilbab ketika sudah di yogyakarta?” tanyaku dalam hati
Aku diam, tak melepaskan jilbabku langsung mengambil
kunci motor pinjaman ke kakak sepupuku, khusus ujian aku mengenakan motor
supaya tidak telat, biasanya aku mengenakan bus, tapi resikonya aku harus antar
jemput dua kakak sepupuku yang kuliah di Ampta.
Aku memarkir motor suzuki shogun biru diparkiran
fakultasku, aku diam rasanya sangat malu... ah tapi kenapa aku harus malu, aku
kan bukan penjahat... bismillah dalam hati waktu itu aku berniat akan berjilbab
walaupun masih belum bisa rapi.
Kulangkahkan kaki menuju gedung 4 fakultas hukum,
ketika melangkah masuk salah satu teman akrabku yang berjilbab juga melambai
dari kejauhan... aku tersenyum menghampirinya..
“heiii neng... pake jilbab??? Ini sementara apa
selamanya??? “ tanya Ria sahabatku itu.. aku hanya tersenyum “ do’ain aja ya...”
jawabku pasrah... kemudian datang yang lain, shinta, vina, tiara, tiwi, fenty
dan olive. Mereka semuanya sudah masuk KMFH, sementara aku belum. Dan diantara
kita ada satu yang belum memakai jilbab yaitu fenty (alhamdulillah sekarang
sudah berjilbab dan studi lanjut di UNDIP)
Aku hanya diam, mereka semua mendo’akanku... tapi
entahlah hati ini masih ragu, aku masih belum 100% merasakan bahwa aku akan
berjilbab rapi, pikirku ya sudah seperti itu saja.
Setelah Ujian Mid bapak kosan mengatakan bahwa kami
tidak bisa tidur sekamar bertiga lagi, akhirnya aku pindah dari kosan itu...
aku berpisah dari dua kakak sepupuku anaknya uwa dari pihak ibu, dan pindah ke
rumah kontrakan di jalan pandega marta raya no.46 tinggal bersama kakak
sepupuku dari pihak ayah.
Awalnya aku ingin ngekos, tapi mamaku tidak mengizinkan
jika aku tidak tinggal bersama saudara, mamaku masih khawatir anaknya
kenapa-kenapa hehe... ketika akan kos di seturan itupun kamarnya penuh, maka
terpaksa dengan berat hati aku pindah ke pandega marta. Kamar yang diberikan
untukku cukup luas, ada TV dan AC di dalamnya... ya memang begitu, keluarga
dari pihak papaku memang rata-rata pebisnis, dan dari keluarga menengah keatas,
itu karena memang kakek dan nenekku dulu bisnis minyak, kakekku memiliki
perusahaan penyalur minyak tanah ke agen-agen kecil, lalu nantinya agen-agennya
yang akan memasokknya ke daerah yang lebih kecil di banten dan sekitarnya, aku
masih ingat ratusan agen yang bekerja sama dengan perusahaan kakekku, sejak
kecil walaupun aku tidak tinggal bersama keluarga dari pihak ayah, tetapi
sebulan sekali ketika berlibur lebaran aku akan mengunjungi mereka kemerak.
Sayang seperti pepatah perbedaan orang china dan orang
indonesia terlihat saat penerusan harta kekayaan, orang china akan bersatu
untuk bisnis orangtuanya hingga semakin sukses. Sementara itu saat kakekku
meninggal semua anaknya berebutan harta, rumah, saham perusahaan, properti
tanah, mobil, tabungan dan segala macam yang ada. Harta itu tumpah ruah
terbagi-bagi ke anak-anaknya, bahkan aku masih ingat ayahku mendapatkan rumah
yang besar dan menjadi agen penjualan. Jika dilihat dari keturunan ayahku
sebagai anak laki-laki pertama di keluarga harusnya yang meneruskan perusahaan.
Tapi kakekku melihat bahwa ayahku tidak bisa
mengendalikan perusahaan dengan baik, maka dari itu akhirnya perusahaan di
pegang om saichu yang kemudian rajin membiayaiku untuk uang sekolahku. Iya,
jika kalian kuliah dari orang tua, aku tidak semua kebutuhanku dicukupi oleh
omku itu, itu sudah wasiat keluargaku. Karena melihat ketidak beresan pada
ayahku. Ayahku yang memang tinggal bersama ibu tiri dan anak tirinya kemudian
mengangkat anak laki-laki.
Aku menangis, untuk apa? Ayah mengambil dan memelihara
anak lain, sementara aku sendiri di telantarkan... tapi apalah daya aku tak
bisa berbuat apa-apa waktu itu aku masih sangat kecil, usiaku masih muda baru
13 tahun pada saat kelas 2 smp. Tapi aku sudah mengerti semuanya dengan cepat. Hingga
bisnis ayahku bangkrut aku hanya diam entah harus senang atau sedih. Karena aku
tidak dekat dengannya, aku akhirnya memutuskan untuk sama sekali tidak
menemuinya jika tidak kebetulan bertemu di acara keluarga. Asiing.... ayahku
sendiri sangat asing.
Ketika aku akan masuk SMA ayahku menelponku, aku pikir
dia sudah menjadi ayah yang berbeda, dia menyuruhku sekolah di SMA 1 Serang,
waktu itu kebetulan juga nilaiku mencukupi untuk masuk kesana. Sesampainya dimerak
aku sudah penuh harapan. Sampai pada akhirnya ayahku mengeluarkan kertas.
“tanda tangan disini..” ujarnya menatapku.
“apa ini pa?” tanyaku penasaran...
“gausah dibaca, tandatangani saja...” aku bingung,
kontrak itu dalam bahasa inggris sementara itu waktu itu usiaku masih 15 tahun
ketika akan memasuki SMA. Tapi aku tentu tidak bodoh, aku langsung berlari
keluar dari rumah ayah. Uang dikantong hanya ada dua ribu. Aku langsung berlari
menuju rumah kakekku yang hanya berjarak 1 km, disana tinggal nenekku yang
masih mengurus bisnis bersama dengan omku. Menggunakan angkot aku berlari
kesana. Dan menceritakan semua yang ayahku lakukan kepadaku. Nenekku menangis,
lembut air matanya mengeluarkan air mata. Aku diam menatapnya...
“mbah... jangan nangis...” ujarku lagi
“ kalo papamu datang dan minta kamu tanda tangan, kamu
jangan mau nik. Kamu lanjutkanlah sekolahmu di Subang saja, mbah nanti telpon
mamamu...” ujarnya menyeka air matanya.
Akhirnya omku bercerita, ayahmu sudah mendapatkan
bagian harta paling besar dalam keluarga, tetapi dia tidak mengurusimu, karena
itulah nenekku memutuskan untuk menamakan rumah yang papaku tempati dengan
namaku nilainya besar waktu itu tahun 2004 saja harganya mencapai 800 juta. Tetapi
pada akhirnya rumah itu dijual juga oleh ayahku dengan dalil dia waliku dan
berhak menjualnya waktu itu bisnis papa bangkrut dan dia butuh modal lagi untuk
memulai usahanya (rumah terjual saat aku lulus sma bahkan 2007 terjuan 1,2 M). Aku
diam... aku tidak menyangka ayahku masih mementingkan harta dibandingkan anak
satu-satunya ini.
Siang itu papa menjemputku dirumah nenekku, papa
bertengkar dengan nenek dan omku,”kalian tidak berhak melarang dia ikut
bersamaku, dia kan anak aku..” ujarnya berteriak... sementara aku hanya
menangis disudut menutup telingaku.
Nenekku lembut menjawab... “itu rumah sudah bagian
anakmu rim, kamu sudah mendapatkan toko dan uang yang banyak bahkan melebihi
harga rumah dan juga bagian adik-adikmu...” ujarnya
“ dia akan sekolah bersama ibunya, nanti aku yang akan
membiayainya...” ujar nenekku “unik sana ambil bajumu dirumah papamu, dan
kembali kesubang..” papaku tidak bisa melawan nenekku, karena papaku salah satu
agen perusahaan, nenekku bisa saja menstop suplai perdagangan ke toko papaku
(padahal waktu itu papaku mendapatkan untuk 1 juta perhari, atau 30 juta
perbulan dari hasil pekerjaannya).
Aku keluar mengikuti ayahku... aku memasuki mobilnya,
dia membanting pintunya dan memarahiku sepanjang perjalanan,, aku hanya diam
tidak memperdulikan apa yang dikatakannya, aku memejamkan mata, ingin sekali
rasanya kubuka pintu, biar saja aku dilindes mobil dari arah berlawanan tidak
apa-apa. Tapi aku hanya bisa diam saja.
Akupun kembali melanjutkan studiku di sebuah SMA 1
Pamanukan subang, saat itu aku mulai bandel, gak rajin belajar, melawan mamaku,
sering membolos pelajaran di sekolah. Aku mengalami puncak depresi yang sangat
nyata dan mengalihkannya pada duniaku... sampai suatu hari di belakang sekolah
aku tau ada teman-temanku yang merokok dan minum-minuman keras. Ketika mereka
menawariku, aku menolaknya...
“ bukan masalah aku cemen, aku tidak ingin merusak
tubuhku... aku ingin tetap sehat” jawabku waktu itu menolak mereka. Mulai saat
itu aku menjauhi mereka, dan mulai berdekatan dengan anak rohis, pmr, paskibra
dan pramuka. Itupun karena aku masuk swapala (siswa pecinta alam) di SMA ku
dulu.
Ketika kelas dua sma aku semakin membaik, karena
menemukan teman-teman yang baik. Dan saat kelas tiga aku berusaha untuk belajar
siang dan malam agar nilai ujianku bagus dan agar aku bisa lulus dari sma untuk
melanjutkan kuliah. Aneh memang waktu SD aku selalu Rangking 1,2 atau 3, saat
SMP pun aku masih masuk 10 besar di sekolah. Tetapi saat SMA prestasiku
menurun. Mungkin karena depresi yang diterima. Akhirnya aku bisa mengatasinya
dengan baik.
Kini, bila melihat teman-teman kampusku yang memiliki
ibu dan ayah yang sampai akhir hayatnya tidak bercerai aku menjadi iri... aku
sangat iri kepada mereka... kenapa ayah dan ibuku bercerai? Aku selalu
bertanya-tanya... kini aku menemukan sendiri alasan perceraian mereka. Aku hanya
diam dan semakin menyayangi mamaku untuk saat ini.
Kembali kekampus...
Siang itu telpon di rumah kontrakan berdering, aku
hanya diam saja memperhatikan, karena tidak ada yang mengangkat, akhirnya aku
mengangkatkan telponnya.. suara shinta di ujung sana
“ Unik... kamu sibuk gak?” tanyaya polos, shinta ni
orang nganjuk jadi logat jawanya masih kental, yang kusuka darinya adalah
matanya, kecantikan khas jawa, logat khas jawa dan gayanya yang pede dan suka
ceplas ceplos, dia juga anak yang rajin..
“gak shint... aku lagi santai nih...” jawabku
“ nah sekarang kan lagi libur ya abis UTS, kamu bisa
gak gantiin aku rapat di KMFH? rapat untuk desa binaan,”tanyanya
“eh aku kan bukan anak KMFH, kamu minta yang lain
aja...” jawabku
“namamu ada di KMFH nik, kamu dimasukin ke staf desa
binaan KMFH” ujarnya tertawa
“ ahhh masaaa??? Kapan aku daftar, aku kan ga pernah
daftar?” ujarku
“ pleaseee nik, aku harus pulang ke nganjuk nih nik ada
urusan keluarga, kamu gantiin aku ya, nanti ketemu sama kadept pelayanan umat
namanya kak dimas, kamu ke KSK aja di samping musholla..” lalu dia menutup
telponnya
“ehhhh” haduh kok ditutup, akhirnya aku ganti baju dan
berangkat kekampus.
Saat itu di depan mushalla aku hanya diam duduk, ada
akhwat berjilbab lebar dia tersenyum kepadaku...
“mbak??? KSK KMFH mana ya? “ tanyaku
“udah kuliah berapa lama? Masa KSK KMFH gatau..”
jawabnya
“ hehee iya mba baru nih, aku mau nyari mas dimas
namanya..”
“ohhh dimas, bentar ya... diiim panggilnya kedalam KSK,
ini ada yang nyariin..”
(nama mbanya mba SK)
Pintu KSK terbuka...
“ohh... siapa dek??” ujarnya menanyaiku...
“ unik kak, temennya shinta...” jawabku
“ oh ya... shinta tadi telpon saya...oke kamu masuk ke
bagian akhwat ya..” ujarnya.
“oke kak...”
Dari rapat itu selanjutnya aku aktif di KMFH rasanya
seru berbagi di KMFH, waktu itu aku mengurusi desa binaan menyiapka lomba se
kecamatan kalibawang, lomba yang besar. Aku bahkan sering tertidur dikelas
karena semalaman begadang menyiapkan hal-hal yang berkaitan dengan desa binaan.
Semua orang membantu tentu saja, dan aku juga turut serta. Ketika ujian akhir
aku hanya belajar sekenanya saja, membaca karena pasca ujian akhir kami akan
menuju desa binaan untuk ramadhan dan mengadakan lomba disana.
Desa binaan selesai, ujian selesai... saat memasuki
semester 3, vina meneriaki aku... “oiii unik kamu udah liat nilaimu belom???”
tanyanya...
Aku lesu menggeleng “belom, lah palingan juga jelek,
aku ga belajar serius... ya aku belajar sih tapi pas ujian sampai begadang
juga... tapi aku sibuk sama desbinnya KMFH” ujarku
“sana liat dulu buka portalnya...” dia tersenyum geli
menatapku, apaan sih...
Aku menggunakan laptop vina, waktu itu aku belum
memiliki laptop ketika masuk username dan pasword aku klik kartu hasil studi,
dan mengklik semester genap 2007/2008, terbuka aku menatapnya lesu..
waaaiiiittttt ada yang aneh.... aku melihat 10 mata kuliah yang terpampang
disana semuanya A, aku melirik IP ku di bawah.. Indeks prestasi 4.0, aku
melongo...
Vina teriak “hahaha... oii si unik IP nya 4, anak-anak
lain menggerubungi laptop vina dan melihatnya...”
“gilaaa nik, congrats ya... “ yang lain
menyemangatiku...
“aduhh... iya...” anggukku malu...
Aku menyadari satu hal,
“barang siapa
menolong agama Allah, maka Allah akan menolong dan meneguhkan kedudukanmu...”
“urusi urusan
Allah, maka Allah yang akan mengurusi urusanmu...”
Sejak saat itu aku mengatakan pada diriku, bahwa aku
harus bermanfaat bagi orang banyak. Sekarang aku hanya bisa mengajar di rumah
tahfidz, belum seberapa nanti aku ingin punya pondok tahfidz ^_^ bismillah..
smoga
Jadi hidup kita itu keras, maka kita harus menggebugnya
lebih keras... semua sudah takdir pilihan Allah, pilihan kita, dipilihkan
Allah... aku tidak kuliah di UNY, aku masuk Diploma hukum, aku bertemu shinta
satu jurusan diploma, aku akhirnya masuk KMFH karena shinta, aku mengurusi
desbin bersama mba Ratih, aku mengenal mba ratih dan akhirnya dia salah satu
sosok inspirasi yang sampai sekarang aku sayangi... mbak Ratih... Love U ^_^,
jadi tidak ada yang kebetulan di dunia ini, semua adalah pilihan dan ketika
dipilih akhirnya menjadi takdir.
Inilah hikmah yang bisa di ambil...
(to be continued part 3)
Jakal
Jum’at, 8 November 2013
16.22 (afternoon)
At my room, lagi kena flu malah nulis cerita
jalan masih panjang, terbentang dihadapan...
hadapi segalanya dengan kekuatan...
dan dengan kebenaran..
jadilah pribadi yang kuat...
yakinlah, bahwa ujian kemudian membuat kita kuat...
karena itulah ketika kamu mengatakan beriman...
kamu akan selalu di uji...
just sabar, ikhlas dan tawakkal ^_^
Komentar