Taubat
Taubat
“hai orang-orang yang beriman,
kembalilah bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sungguh-sungguh, semoga
Allah mengampunkan semua dosamu dan memasukkan kamu kedalam surga yang mengalir
di bawahnya beberapa sungai. Pada saat itu Allah tidak akan menghina,
mengecewakan Nabi dan orang-orang yang beriman kepadanya, nur cahaya mereka
menjalar di depan kanan mereka, mereka berdoa : Ya Rabb kami, lanjutkan untuk
kami nur cahaya kami, dan ampunkan bagi kamu, sungguh Engkau atas segala Maha
Kuasa” (Q.S At-Tagabun : 8)
Merinding
ketika kira-kira sekitar tanggal 3 mei 2012, aku membaca surat ini dan mulai
menghafalnya pada saat itu aku sedang mengikuti Mukhayyam Qur’an yang diadakan
oleh UIN di sebuah camp Al-qur’an selama 4 hari dari tanggal, untuk menghafal
juz 28 selama 4 hari. Benar-benar pengalaman yang membuatku merefresh sejenak
hafalanku, dan teringat setiap menghafal satu ayat aku berusaha untuk
mengamalkannya, lalu mengingatnya, dan kemudian mengajarkannya kepada
sebanyak-banyak orang, baik itu kepada keluargaku, adik-adik halaqohku baik di
UGM, Stikes, maupun UMY, teman satu RTH, dan teman-teman sepergaulan
sehari-hari dikampus.
Tetapi
kemudian setelah mukhayyam itu aku mendapatkan ilmu dan cara menghafal yang
cepat dan baik, yaitu hafalkan, amalkan dan ajarkan (itu rumusnya) setelah itu
bacalah tafsirnya dan tadabbur ayatnya. Dalam ayat 8 surat ini jika kita
membaca tafsir ibnu katsir maka begini tafsirnya : “ayat ini memanggil kepada orang yang beriman supaya benar-benar
kembali bertubat kepada Allah dengan sejujurnya, seikhlasnya yaitu dengan niat
yang sungguh tidak akan mengulangi lagi amal perbuatan yang melanggar itu,
sesudah merasa menyesal atas perbuatan yang terlanjur itu. Sebab dengan taubat
yang nasuuh, yang sungguh-sungguh ikhlas akan terhapus dosa dan setelah dosa
terhapus akan dapat masuk surga. Yaitu pada hari kiamat disaat Allah tidak akan
menghina pada Nabi dan orang-orang yang mengikutinya, cahaya iman mereka akan
memancar dari muka dan kanan mereka, dan karena mereka khawatir seperti yang
terjadi pada orang-orang munafik maka mereka berdoa, sampai nur mereka terus
berlanjut hingga masuk ke surga”(tafsir ibnu katsir terjemah singkat halaman
180 jilid 8)
Pernah
dalam suatu kesempatan kajian, aku bertanya pada seorang ustad. Pertanyaanku kira-kira
begini, jika kita sudah berbuat dosa maka apa yang harus kita lakukan? Lalu jawabannya
adalah 1.shalat taubat, dan benar-benar taubatan nasuha 2. Tidak mengulangi
lagi perbuatan yang sama 3. Menggantinya dengan amalan lain yang terbaik. Dan salah
satunya menghafal Al-Qur’an juga dapat meluruhkan dosa-dosa apalagi ketika kita
amalkan, ajarkan, dan tadabburi. Selain menghafal Al-qur’an kita kemudian bisa
mengajarkan kepada orang lain, misal bisa mengajar TPA, ibu-ibu, temen-temen
atau keluarga, itu juga merupakan amalan-amalan yang baik. Lalu lakukan yang
terbaik yaitu istiqomah melakukan hal tersebut berulang-ulang tanpa kenal
lelah.
Teringat
kajian di ulang tahun D’cinamons sebuah kafe pendukung event-event humaira
(ustad fadly reza) merangkum kajian 4 surat pilihan, dalam surat :
1. Yasiin
kita diperintahkan untuk ingat tentang kematian, ingat mati, siap mati, dan
setiap yang bernyawa pasti mati, dan setiap kita pernah merasakan mati (ketika
kita tidur).
2. Lalu
dalam surat Al-Mulk kita diperintahkan untuk melakukan “ahsanu amala” amalan
terbaik, jadi ketika beramal kita dapat memilih ingin beramal dengan
a. Buruk,
naudzubillah smoga kita tidak termasuk golongan yang ini
b. kadang
baik kadang buruk, hati-hati terhadap amalan yang kadang baik dan kadang buruk,
karena kita tidak pernah tau kapan nyawa kita akan diambil, jadi ketika kita
sedang melakukan hal buruk lalu Allah mengambil nyawa kita maka yang
diperhitungkan tentunya amalan yang tidak baik itu oleh Allah.
c. Baik,
d. Terbaik,
dan kita dianjurkan untuk selalu beramal dengan amalan yang terbaik, karena
baik saja tidak cukup kita harus bersungguh-sungguh dalam beramal,
3. lalu
dalam surat Ar-rahman kita diminta untuk bersyukur atas nikmat-nikmat Allah
yang banyak yang terkadang lupa untuk kita syukuri. Betapa banyak nikmat Allah
dan tak pernah kita memuhasabah diri seharian ini berapa banyak nikmatnya, jika
dihitung tak akan sanggup kita membayarnya.
4. Setelah
itu dalm surat Al-Waqi’ah kita mempelajari ada 3 golongan orang, yaitu orang
golongan kanan “ashabul yamiin” (orang-orang baik) dan orang golongan kiri “ashabul
shimal” (orang-orang belum baik, smoga suatu saat menjadi baik) dan terakhir
yaitu golongan orang-orang terdahulu yang beriman dan bertaqwa”ashabul masyamah”
yang masuk surga tanpa hisab.
Tapi
kebanyakan kita sekarang sering sekali meremehkan dosa-dosa kecil, justru
dosa-dosa kecil itu dapat menggunung dan akhirnya menjadi penghalang
dikabulkannya doa kita oleh Allah, maka harus kita taubati. Dalam suatu
kesempatan kajian bersama ustad Sholihudin Al-hafidz dalam itikaf di masjid
Nurul Ashri deresan aku pernah mendengar bahwa sahabat dulu adalah orang-orang
yang berhati-hati dalam kesehariannya agar sama sekali tidak melakukan dosa
kecil, seperti berbohong, menipu, curang terhadap saudaranya dengan mengurangi
timbangan dan lain-lain karen itu doa seorang sahabat Rasulullah itu mungkin
jika dibandingkan dengan doa seratus orang sekarang yang melakukan isthighosah
maka akan lebih cepat dikabulkan sahabat Rasulullah karena selalu menjalankan
sikap berhati-hati. Bandingkan sekarang ketika kita terbiasa melihat orang
melakukan dosa besar seperti hamil di luar nikah, masyarakat justru bangga dan
tidak mengucilkan dia, sehingga akhirnya bahkan malupun tak ada.
Rasulullah
adalah orang yang sudah dijamin masuk surga, tapi beliau adalah orang yang
paling banyak taubatnya dalam satu hari, beliau bisa bertaubat sebanyak seratus
kali dalam sehari, apakah kita meneladainya??? Seharusnya dalam setiap shalat
kita minimal kita bertaubat.
Dalam
kesempatan yang lain saya pernah merasakan ketika aktivitas kita seharian
berkaitan dengan Al-Qur’an, maka insya Allah akan Allah mudahkan segala
aktivitas, tidur lebih larut dan bangun lebih awal akan mudah karena Allah
sendiri yang menjaga kita, apalagi ketika seharian tidak sedikitpun melakukan
perbuatan yang tidak bermanfaat apalagi maksiat. Dan tentunya kita tak harus
ingin tau masalah orang lain, apalagi mengungkit-ungkit kesalahan orang lain,
kita tak pernah tau apakah sudah bertaubat atau belum, jadi tak perlu kita
mengurusi urusan orang lain, tugas kita hanya memberitahu dan menyampaikan
(tabligh) secara berulang-ulang, hidayah tetap urusan Allah, karena Dialah yang
Maha membolak-balikkan hati.
Mendekati
akhir zaman, luruskan akidah, perbaiki diri , jangan pernah sedikitpun lalai
dalam memperbaiki diri, menjaga diri, menjaga taubat, saling menasehati dalam
kebaikan dan kesabaran, dan insya Allah semoga kita semua akan dikumpulkan di
akhirat dalam keadaan yang sibuk, (baca surat Al-Maariij) sibuk mengurusi
urusan kita yang sedang dihisab oleh Allah (hisab selama 40 tahun) karena hal
sekecil apapun dihisab, apapun yang kita punya akan dihisab. Dan diakhirat
nanti kita akan lupa, dengan anak kita, orang tua kita, saudara kita dan sibuk
dengan urusan masing-masing, tidak saling mengenal, dan teman-teman, saudara,
orang tua, anak, istri/suami kita, tak ada satupun orang yang akan bisa
menolong kita. Hanya amal perbuatan kita sendiri yang akan menolong kita.
Atas
nama iman dan persaudaraan, keep istiqomah tetep saling mengingatkan ^^
RT
Humaira, 07.08 am 23 oktober 2012.
Komentar