Diary (episode 1)



Malam itu aku menerima sebuah sms, menginstruksikan agar aku menghadiri sebuah acara Seminar. Aku diundang untuk membantu jalannya acara, tapi aku tidak datang dalam rapat-rapatnya. Sehingga akhirnya aku hanya menjadi seorang peserta dalam seminar tersebut. Masih terasa tajam dalam ingatanku acara dibuka, pembicara yang hadir pun bagus-bagus. Yang paling memukau adalah ketua panitianya, dia menyampaikan sesuatu yang bisa menyihir para pesertanya. Itu pertama kali aku melihatnya secara detail. Itu pertama kali aku mendengar suaranya. Kami satu organisasi tapi tidak saling kenal. Sering bertemu dalam satu forum tapi tidak kenal. Karena memang kami tidak perlu untuk saling mengenal. Karena kami berdua adalah manusia yang tidak layak untuk saling dekat dan mengenal, karena kami adalah berlainan jenis. Kami bukan sama-sama ikhwan, kami juga bukan sama-sama akhwat. Tapi cukup hanya sampai tahu yang mana orangnya dan kenal namanya saja, hanya itu saja yang bisa kami lakukan.
Hari demi hari berlalu...
Hanya satu yang kuingat dalam ingatanku tentangnya, ketika pemilihan ketua dia diusulkan tetapi dia tidak mau menerima untuk menjadi ketua. Dia menolak dengan berbagai macam alasannya. Walaupun banyak teman-teman yang telah meyakinkannya tetapi tetap saja dia tidak mau. Dia berkata aku akan menjadi pasukannya saja, aku tidak mau jadi pemimpinnya. Dan akhirnya orang lain lah yang menjadi ketuannya.
Setelah pemilihan ketua, dibutuhkan pasukan untuk bergerak. Akhirnya aku pun termasuk didalamnya. Tetapi waktu itu juga kami tidak saling mengenal. Kami tidak saling mengetahui. 6 bulan adalah waktu yang sedikit bagi kami semua satu pasukan untuk saling mengenal. Tapi ternyata waktu 6 bulan yang sedikit itu sungguh sangat bermanfaat, karena kami dipaksa untuk saling mengenal. Sehingga aku yang tadinya tidak mengenal karakter dan sifat semuanya aku jadi mengenal mereka semuanya, cara bicara, waktu marah, waktu senang, cara perhatian, mengenal orang-orang yang menjadi teman-teman dekatnya, cara makannya, kebaikannya, keburukannya, hal-hal yang mereka suka, hal-hal yang mereka benci. Hingga tanpa sadar mereka menjadi bagian hidupku dan aku menjadi bagian dari hidup mereka. Aku merasa bahwa mereka adalah keluarga besarku.
6 bulan terlewati, kami mempertanggungjawabkannya didepan banyak orang. kami tangguh, pertanggungjawaban kami diterima oleh mereka semua. Lalu selepas itu 9 diantara kami masih tetap harus mendampingi adik-adik kami. Aku pun mulai dekat mengenalnya ketika aku satu kegiatan kepemanduan dengannya, itu yang membuat kami dekat. Lama-lama kami berubah menjadi sangat dekat, hingga kadang aku merasa mundur maju menghadapinya. Karena tentunya hal ini tidak diperbolehkan dalam agama kami.
Suatu hari kami memtuskan untuk tidak lagi bersama, dia lebih tepatnya memutuskan agar kita berdua saling menjaga dan jangan sampai terjerumus kedalam hal-hal yang tidak baik. Yang aku tahu waktu itu hanya perasaan tidak mengerti dengan keputusannya, aku berusaha tetap menunggunya. Tapi setelah masalah terkuak dan teman-teman mengetahuinya, justru dia semakin menjauh dariku. Sudah tidak ada lagi persahabatan-persahabatan yang dulu terjalin. Kami menjadi seperti musuh. Aku sempat membencinya tapi aku tetap memaafkannya karena memang yang dia ambil ini adalah jalan yang terbaik bagi kami berdua. Aku terlalu mencintainya, setiap hari aku menangis... setiap hari langkah ku dipenuhi oleh bayang-bayangnya. Aku sudah lulus dan pindah ke kampus lain. Tapi tetap bayang-bayangnya tidak hilang. Aku kebingungan, bahkan sempat berfikir untuk bunuh diri, atau mati saja atau pindah dari kota ini, tapi itu semua tidak kulakukan... asrama ini menanamkan akidah yang kuat dalam hati dan jiwaku sehingga tidak mungkin aku melakukan hal yang lebih buruk lagi.
Akhirnya aku memutuskan untuk mencoba alternatif yang terakhir, yaitu pernikahan... sedang berproses ke arah situ tapi bukan dengannya, aku sedang mencari orang yang baik menurut-Nya untuk aku, dan semoga Allah menjawab doa-doaku selama ini.

Allah...
Jika Engkau mendengarku sekarang...
Kumohon kabulkan doa-doaku...
Cabut rasa sayang dan cintaku kepadanya...
Cabut perasaan yang terlanjur tertanam ini...
Cabut dan ganti dengan sesuatu yang lebih baik...
Aku berusaha...
Tapi sesungguhnya Engkaulah Maha membolak-balikan hati manusia...
Engkau Maha segala-galanya ya
Allah...
Bantu hambamu ini ya Allah...
Semoga bersama kesulitan ada kemudahan... 

Diselesaikan di kamar asrama di PPMI Rabingah Prawoto
Rabu, 11 mei 2011 jam
17.25




Komentar

Postingan Populer